Ada Yang Mantap di Sini!

PPC Iklan Blogger Indonesia

Ada Yang Mantap di Sini!

PPC Iklan Blogger Indonesia

Minggu, 29 Januari 2012

KUMPULAN FATWA-FATWA AL-MAGHFURULAH MAULANA SYAIKH TGKH. M. ZAINUDDIN ABDUL MADJID ( Part 4 )

NWBersatu.

6. Sai-sai le’ embe dese si’ anti Syekh Hasan Masysyat bareng gurungku si’ lain . Endak sekali-kali piak ye jari guru. (5 Maret ’96)
( Siapapun, di desa mana saja yang anti/membenci Syaikh Hasan Masysyat bersama guru-guruku yang lain, jangan sekali-kali engkau buat dia menjadi guru )

                  Maulana Syaikh Hasan Muhammad Al-Masysyat adalah ulama' ahli hadits yang lahir di kampung Kararah pada tanggal 3 syawwal 1317 H dan wafat tanggal 7 Syawwal 1399 H. Beliau terkenal karena kapabilitas keilmuan yang tinggi dan juga metode pembelajarannya yang sangat variatif dan menggairahkan para santrinya. Beliau juga terkenal sangat baik kepada murid-muridnya, bahkan tidak segan-segan beliau menjenguk murid – murid beliau yang kebetulan sakit dan memberikan hadiah secara diam-diam kepada murid-muridnya.

عَادَةُ السَّادَةِ سَادَةُ الْعَادَةِ
      " Kebiasaan orang yang mulia adalah yang paling baik dari kebiasaan "

Kebiasaan 'alim ulama' merupakan contoh yang sangat patut ditiru dan dipraktikkan oleh kita yang belum mengerti tentang kedalaman agama. Alim ulama' sebagai pewaris para nabi memiliki berbagai macam bidang ilmu keislaman yang tentunya bersumber dari pengkajian secara mendalam tentang Al-Quran dan Al-Hadits. Dalam terjemah kitab  Maroqil Ubudiyah hal 285 – 287 disebutkan bahwa adab-adab orang 'alim ada 17 :
1.      Menerima pertanyaan yang diajukan oleh murid-muridnya dan sabar atas hal itu.
2.      Tidak terburu-buru dalam segala urusan
3.      Duduk dengan penuh wibawa disertai ketenangan dan menundukkan kepala
4.      Tidak bersikap sombong kepada semua manusia, kecuali terhadap orang-orang yang zalim dan terang-terangan mereka menunjukkan kezholimannya
5.      Mengutamakan tawadhu' di tempat-tempat pertemuan dan majelis-majelis
6.      Tidak bermain dan bercanda
7.      Menunjukkan kasih sayang kepada pelajar di waktu mengajarnya dan bersabar terhadap siswa yang tidak pandai bertanya tetapi mengetahui sesuatu sedang ia tidak mengetahuinya, yaitu engkau perlakukan dia dengan sikap dan perkataan yang baik.
8.      Memperbaiki siswa yang bebal dengan bimbingan yang baik.
9.      Tidak memarahi siswa yang bebal dan tidak menyindirnya.
10.  Tidak sombong, tidak segan dan tidak malu mengatakan " saya tidak tahu" atau mengatakan " Wallohu a'lam" jika masalahnya tidak jelas dan tidak diketahui.
11.  Memusatkan perhatian kepada penanya dan memahami pertanyaannya untuk menjawab masalahnya.
12.  Menerima dalil yang benar dan mendengarkannya, meskipun dari lawan, karena mengikuti kebenaran adalah wajib.
13.  Tunduk kepada kebenaran dengan kembali kepadanya ketika bersalah, sekalipun kebenaran itu datang dari orang yang lebih rendah kedudukannya.
14.  Melarang siswa mempelajari ilmu yang membahayakan dalam agama seperti ilmu sihir, nujum dan ramal
15.  Melarang siswa mengharap selain dari ridha Allah
16.  Mencegah siswa menyibukkan diri dengan fardhu kifayah sebelum menyibukkan diri dengan fardhu 'ain, sedang fardu 'ainnya adalah memperbaiki lahir batinnya dengan ketakwaan.
17.  Mengutamakan memperbaiki diri sendiri sebelum menyuruh orang lain berbuat kebaikan, karena bukti perbuatan lebih kuat dari pada bukti perkataan
.

Demikianlah, jika para ulama' memiliki sikap sebagaimana adab-adab tersebut, sangatlah keliru jika ada orang yang tidak suka bahkan berani mencaci maki ulama'.
Syaikh Hasan bin Ali Al-Marghibaniy menuturkan dalam syairnya :

اَلْجَاهِلُوْنَ فَمَوْتَ قَبْلَ مَوْتِهِمْ # وَالْعَاِلمُوْنَ وَاِنْ مَاتُوْا فَأَحْيَاءُ
" Kaum bodoh telah mati sebelum mereka mati, orang yang berilmu sekalipun mati ia tetap hidup "

Kebodohan bersumber dari berbuat malas, malas lahir dari perut yang terus-menerus kenyang, dan kekenyangan itu ada karena hidupnya hanya terisi dengan kemilau dunia, terlalu cinta dunia bisa melupakan akhirat. Orang yang melupakan akhiratnya akan merugi.

*        Kelebihanme’ bakti le’ guru, endek me’ ketempo nengke siapa tau     jema’ (5 Maret ’96).
( Kelebihanmu berbakti pada guru, tidak nampak pada hari ini, siapa tahu besok )

" Guru adalah pemimpin akhirat" itulah kalimat yang sering diungkapkan oleh Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Kalimat yang merupakan sebuah kebenaran hakiki bagi manusia yang memahami hakikat sebenarnya kelebihan bagi seorang guru. Guru mampu mengubah situasi dunia yang mulanya amburadul menjadi negara yang berteknologi tinggi. Ingatlah ketika negara Jepang kalah perang melawan sekutu, ketika bom meledak di Hirosima dan Nagasaki, luluh lantaklah kekuatan Jepang waktu itu, tetapi yang menarik Presiden Jepang waktu itu tidak menanyakan berapa tentaranya yang mati, akan tetapi menanyakan berapa guru yang masih tersisa.
Dengan gurulah kekuatan bisa dibangun. Karena guru mengubah cara berpikir yang semula beku menjadi mencair. Pemikiran yang akurat, menjadikan kita bisa berbuat sekalipun musuh berada di benteng yang sangat kuat. Sebagian ulama' ahli makrifat mengatakan :

اَلْفِكْرَةُ سِرَاجُ اْلقَلْبِ فَاِذَا ذَهَبَتْ فَلاَ اِضَاءَةَ لَهُ
" Berpikir itu bagaikan pelita hati, apabila daya berpikir itu hilang, maka hilanglah cahaya baginya "

Jadi sepatutnyalah bagi manusia yang berpikir, memiliki adab dan sopan santun serta berjiwa mulia. Bagi siapapun, apalagi terhadap guru-guru yang telah membina dan mengajarkannya.
Dalam Kitab Maroqil Ubudiyah disebutkan bahwa adab-adab siswa terhadap orang alim ( guru) ada 13 :
1.      Memulai memberi salam dan minta izin masuk
2.      Sedikit bicara di hadapannya
3.      Tidak bertanya selama tidak ditanya oleh gurunya
4.      Tidak menanyakan sesuatu sebelum minta izin kepada guru terlebih dahulu.
5.      Tidak menyanggah guru
6.      Tidak menyanggah pendapat guru bila berbeda denganmu sehingga menjatuhkan martabatnya
7.      Janganlah bertanya kepada teman di majelisnya dan jangan tertawa ketika berbicara dengannya
8.      Tidak menoleh ke kiri dan ke kanan, tetapi duduk sambil menundukkan pandangannya dengan tenang dan sopan seakan-akan ia di dalam shalat.
9.      Tidak banyak bertanya kepada guru ketika sedang jemu atau sedih, walaupun berdasarkan dugaan yang kuat.
10.  Apabila guru berdiri, maka siswa pun berdiri untuk menghormatinya.
11.  Tidak mengikuti guru dengan berbicara dan menanyainya
12.  Tidak bertanya di jalan, tetapi tunggulah sampai ia tiba di rumahnya atau tempat duduknya
13.  Tidak berburuk sangka kepadanya mengenai perbuatan-perbuatan yang lahirnya adalah mungkar menurut siswa. Guru lebih tahu tentang rahasia-rahasianya.


Jika semua kriteria model atau cara bersopan santun di atas dapat kita jalankan dengan baik. Insya Allah manusia menjadi hamba Allah  yang bermartabat dan meraih ketentraman dalam hati dan sejahtera dalam kehidupan.

0 comments:

Daftar Blog Saya

The Best

iklan

Related Websites