Ada Yang Mantap di Sini!

PPC Iklan Blogger Indonesia

Ada Yang Mantap di Sini!

PPC Iklan Blogger Indonesia

Minggu, 07 Juli 2013

Syaikh Ayyub: “ Warga NW Harus Bangga Punya Umi Raihanun”

NWBersatu.
Anjani, DA; Kehebatan dan kecerdikan umi Hj St Raihanun tidak saja diakui para petinggi negara Indonesia, tapi juga diakui para ulama dari Tanah Suci Makkah. Salh satunya adalah Syaikh Sayyid Ayyub Abkar Asad bin Ali al Ahdal Alyamani Al Makki. Bahkan pengajar Madrasaah Saulatiyah Mekkah ini selalu rindu ingin ke Anjani untuk mengajar thullab Mahad.
TGH Zaini Abdul Hanan kepada Dewi Anjani menuturkan sejarah kenapa Syaikh Ayyub mulai mengajar Kitab Hadist Kutubussitah (Kitab Hadits yang enam). Pada suatu hari saat Syaikh Ayyub dalam mubassyirat/halwat (Zikir) ia seolah sedang mengajar Kitab Hadist Kutubussitah di masjid Jamik Darul Qur’an Wal Hadits Anjani, yang didampingi Ust. H Khairul Fatihin (putra sulung Ummi Raihanun)
Pada saat musim haji, umi Raihanun didampingi TGH Anas Haasyri, TGH Zaini Abdul Hanan, TGH Zainal Arifin Munir, dan Sekjen PBNW al Marhum TGH Abdul Hayyi Nukman, berziarah ke Syaikh Ayyub, dan disanalah ia menceritakan isi mubassiratnya. Mendengar cerita Umi Raihanun pda tahun berikutnya langsung merealisasikan  apa yang disampaikan Syaikh Ayyub tersebut, dan hingga 2013 ini beliau sudah mengajar di Masjid Jamik Mahad Anjani sudah lima tahun tersisa tinggal satu tahu.
“Menurut Syaikh Ayyub, kalau sudah tamat Kitab Kutubussittah ini, beliau merasa puas dan sangat bahagia,”tuturTGH Zaini.
Kekaguman akan perjuangan dan kecerdikan umi Raihanun, ulama ahli Hadist ini membuat takriz kepada umi Raihanun, yang diterjemahkan oleh TGH Zaini kira-kira maksudnya.
“Seakan-akan beliau bertanya siapakah seperti Umi Raihanun dari segi pikiran, keturunan dan kelebihannya.
Dia punya kegiatan yang bersih, pikirannya jernih yang menunjukan tinggi kebijakan dan kecerdikannya.
Al Mgfurulah Maulanasyaikh sangat kagum kepadanya dan bergembira di alam barzahnya melihat aktivitas yang dilakukan umi Raihanun.
Kegiatan dan aktivitas umi Raihanun sangat mulia yang menyibukan pikiran-pikiran para cendikiawan  memikirkannya.
Mudah-mudahan ia dipanjangkan umurnya dilimpahkan keberkahan, agar para santri penuntut ilmu dapat keberkahan dan manfaatnya.
Maka penghormatan sangat tinggi disampaikan kepadanya selama dunia ini masih bersama penghuninya”.
Menurut TGH Zainim alasan Syaikh Ayyub membuat syair untuk umi Raihanun adalah pada tanggal 12 Ramadhan sekitar pukul 10 pagi, saat beristirahat, Syaikh Ayyub didatangi maulanasyaikh TGKH M Zainuddin Abdul Madjid, dan berucap: “Ya Sayyid, baik yang kau lakukan ini. Silahkan istirahat”.
Syaikh Ayyub sangat menghormati umi Raihanun, sehingga sering beliau berucap barang siapa yang tidak mengikuti kebijkaan ummi raihanu dia akan mendapat masalah. Bahkan dalaam sambutann Muktamar XI di Anjani Syaikh Ayyub menyebut juga umi Raihanun sebagai seorang Mujahidah, ia berpesan hormati dia karena kebaikan ada padanya.(da-1)

Ulama’ Mekkah Nobatkan Ummi Raihanun Sebagai Mujahidah

NWBersatu.
Lombok Timur, DA; Hj Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid adalah putri sulung al Magfurulah Maulanasyaikh TGKH M Zainuddin Abdul Madjid, dari pernikahaannya Ummi Hj Rahmatullah.
Sebelum wafatnya maulanasyaikh mungkin hanya sebagian warga NW yang mengenal nama umi Raihanun, hal itu disebabkan karena ia tidak terlalu banyak berkecimpung dalam organisasi, waktunya habis untuk mengurus keluarga.
Kendati demikian, aura kepemimpinan Ummi Raihanun sudah diketahui ayah beliau sendiri, Maulanasyaikh, dan terbukti pasca wafatnya Maulanasyaikh, pada tahun 1997,  kondisi organisasi NW sedang tidak kondusif karena terjadinyaa faksi-faksi ditataran petinggi NW pada waktu itu.
Tanpa diduga, pada Muktamar X di Praya, Muktamirin sebagian besar memilih Hj St Raihanun ZAM sebagai Ketua Umum Pengurus Besar NW menggantikan suaminya H L Gede Wiresentane, yang juga mangkat.
Sebagian peserta Muktamar keluar meninggalkan lokasi Muktamar karena tidak menginginkan Ummi Raihanun sebagai Ketua PBNW  periode 1998-2003 dengan berbagai alasan.
Pasca terpilihnya ummi Raihanun sebagai ketua umum PBNW pada muktamar X di Praya, ia bersama jajaran mulai bekerja dengan semangat juang tinggi  dan tanpa lelah terus mengarungi kerasnya medan perjuangan dan terbukti mampu mengembangkan organisasi dan madrasah NW di berbagai pelosok Nusantara. Dengan keberhasilan pada periode 1998-2003, pada muktamar XI dan XII di Anjani , Ummi Raihanun kepada dipercaya memimpin NW.
Berbagai pujianpun mengalir atas keberhasilannya mengembangkan NW serta kegigihannya memperjuangkan Islam Ahlussunah Waljamaah, bahka para ulama dari Tanah Suci Mekkah sangat kagum atas hasil yang dicapai dalam mengembangkan Islam kendati seorang perempuan. Kita bisa bayangkan, di bawah kepemimpinan ummi Raihanun, hampir setiap HULTAH NWDI di Anjani, selalu dihadiri oleh para ulama Makkah, bukan hanya satu dua orang yang hadir tapi sampai lima orang ulama dari Tanah Suci selalu ingin hadiri setiap HULTAH NWDI di Anjani. Maka tanpa ragu seorang ulama terkemuka Kota Mekkah yaitu Syaikh Sayyid Abbas bin Alawi al Maliki saudara dari Prof. Dr. Sayyid Muhammad Alawi Maliky al Hasani, menobatkan Ketua Umum PBNW Ummi Hj St Raihanun ZAM sebagai seorang Mujahidah Islam (pejuang Islam perempuan) yang sangat tangguh tanpa mengenal lelah berjalan dan terus berjalan mengarungi perjuangan setiap harinya.
Menurut penuturan salah seorang Masyaikh Mahad TGH Zaini Abdul Hanan, gelar Mujahidah itu diberikan ulama Makkah  pada saat Ummi Raihanun pergi umroh pada bulan Apri lalu, saat beliau berziarah ke Syaikh Sayyid Abbas bin Alawi al Maliki.
Menurut pandangan Sayyid Abbas yang memiliki silsilah keturunan Nabi Besar Muhammad SAW itu ummi Raihanun layak menyandang gelar Mujahidah, karena semangat dan nilai juang yang sangat tinggi yang dimiliki putri Maulanasyaikh TGKH M Zainuddin Abdul Madjid tersebut.
Tingginya nilai perjuangan pendiri Yayasan Pendidikan Pontren Syaikh Zainuddin NW Anjani ini terpampang jelas hasilnya seperti di tulis dalam buku “ Ibu Rumah Tangga Gemparkan Lombok” (Biografi Ummi Raihanun) yang ditulis Dr. H M Mugni, M. Kom., M.Pd.
      Di dalam buku itu ditulis bagaimana kegigihan seorang Ummi Raihanun dalam menegakan panji-panji Islam melalui organisasi yang didirikan ayah beliau, yaitu organisasi NW. Berikut kutipan tulisan Dr Mugni tentang kegigihan Umi Raihanun dalam berjuang “Kegigihan dan keberhasilan  perjuangan Umi, diakui oleh tokoh-tokoh nasional. Hal ini dibuktikan dengan kahadiran beberapa  tokoh Nasional di Pondok Pesantren Syaikh Zainuddin Nahdlatul Wathan Anjani Lombok Timur. Di antara tokoh-tokoh nasional yang pernah bersilaturrahmi ke Umi, yakni Yakob Nawawea dalam kapasitas beliau sebagai Menteri Tanaga Kerja Kabinet Megawati. KH. Hasyim Muzadi dalam kapasitas beliau sebagai Ketua Umum PBNU. Din Syamsudin dalam kapasitas beliau sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah. Hatta Rajasa dalam kapasitas beliau sebagai Menteri Sekretaris Negara, dan Muhammad Yusuf Kalla dalam kapasitas beliau sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia.
       Menurut data yang ada bahwa selama Nahdlatul Wathan berdiri sampai akhir hayat Maulana Syaikh selaku pendiri tidak pernah dikunjungi oleh Wakil Presiden. Yang pernah berkunjung hanya sampai setingkat Menteri dan calon Wakil Presiden, seperti Harmoko dalam kapasitasnya sebagai Menteri Penerangan, Jenderal Tri Trisno dalam kapasitasnya sebagai Panglima ABRI saat itu dan akan menjadi calon Wakil Presiden, dan lain-lain.
       Tidak mungkin tokoh-tokoh ini akan hadir di Anjani kalau bukan karena ketokohan dan kegigihan Umi dalam perjuangan  dengan  hasil yang nyata. Seperti diungkapkan pada bagian pendahuluan buku ini  bahwa Umi adalah hanya sebagai ibu rumah tangga dan tidak banyak muncul dalam kegiatan-kegiatan organisasi Nahdlatul Wathan kecuali dalam kegiatan-kegiatan Muslimat Nahdlatul Wathan. Tetapi begitu Maulana Syaikh wafat dan mendapat mandat menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan, Umi muncul sebagai pewaris Maulana Syaikh termasuk dalam kegigihannya dalam perjuangan. Maulana Syaikh pernah mengatakan, “Aku ingin seperti matahari selalu berputar sepanjang hari tidak pernah berhenti.” Falsafah matahari ini diwujudkan Maulana Syaikh dengan terus berkeliling sepanjang hari memberikan pengajian kepada jamaah rata-rata tiga kali sehari, yakni pagi hari untuk tullab Ma’had, siang dan sore hari memberikan pengajian di tengah-tengah masyarakat secara bergiliran.
       Falsafah perjuangan Maulana Syaikh ini diwariskan oleh Ummi dengan terus berkeliling setiap hari membina umat. Pagi hari menerima tamu yang berhubungan dengan kegiatan Nahdlatul Wathan atau politik, siang dan sore hari memberikan pengajian kepada masyarakat bersama tuan guru-tuan guru Nahdlatul Wathan. Pada malam hari pun terus menerima tamu, berdiskusi untuk kepentingan Nahdlatul Wathan, sehingga banyak orang bilang “Umi itu wanita baja, Umi itu wanita kuat, siapa laki-laki yang bisa menandingnya, seandainya Umi laki-laki, tidak terbayangkan apa yang Umi lakukan,  wajar anak bapaknya, embe aneng aik ngelek (kemana arah air jalan)”.
       Satu hal yang luar biasa, bagi Umi bila sudah menyangkut masalah perjuangan tidak ingin menunda-nunda waktu, ingin selalu cepat. Ini yang sering kali tidak bisa diikuti oleh pembantu-pembatu Umi karena mereka biasanya banyak pertimbangan dengan mengakaji akibat-akibat yang terjadi bila satu hal itu dikerjakan dengan tergesa-gesa. Tetapi kadang-kadang Umi tidak tertarik dengan diskusi atau kajian-kaajian yang terlalu lama. Pembantu-pembatu Umi yang tidak sepenuhnya menerima pola-pola yang seperti itu kadang-kadang menjadi apatis. Bahkan ada juga yang tidak aktif lagi di organisasi (Anjani) tetapi tetap berjuang di bawah bendera Nahdlatul Wathan secara mandiri dan mengakui Anjani sebagai afiliasinya. Sikap ini biasanya ditemukan pada kader-kader/pembantu-pembatu Umi yang berpikirnya rasional. Memang inilah faktanya, banyak kader Nahdlatul Wathan yang berpikir rasional sebagai produk dari pendidikan formal yang mereka peroleh. Kadang-kadang mereka sulit menerima doktrin sami’na waata’na bila tidak rasional menurut mereka. Tetapi ada juga yang terus melaksanakan semuanya tanpa banyak bertanya dengan prinsip yang penting sudah dikerjakan. Hasil dan akibat urusan belakang yang penting sudah melaksanakan perintah Umi.
       Menurut beberapa orang yang  penulis wawancarai bahwa kegigihan Umi dalam mendirikan madrasah persis sama dengan Maulana Syaikh. Bila sudah berencana mendirikaan madrasah harus terwujud dan semangatnya terus menyala-nyala. Lihat saja sudah berapa madrasah didirikan dalam masa kepemimpiannya sebagai Ketua Umum PBNW. Umi juga melakukan tradisi Maulana Syaikh dengan memberikan panitia pembangunan sumbangan awal sebagai “jejaton/penyembek”. Bahkan Umi juga langsung mengendalikan pembangunan madrasah yang di tempat itu minim orang NW-nya, seperti di wilayah Pemongkong Kecamatan Jerowaru, Tanjung Sanggar Labuhan Lombok, dan lain-lain”.
      

Daftar Blog Saya

The Best

iklan

Related Websites