Ada Yang Mantap di Sini!

PPC Iklan Blogger Indonesia

Ada Yang Mantap di Sini!

PPC Iklan Blogger Indonesia

Sabtu, 01 Desember 2012

BIOGRAFI TGB.KH.MUHAMMAD ZAINUDDIN ATSSANI

NWBersatu.

A. Kelahiran, Asal Muasal Pemberian Nama Zainuddin Atsani dan Tuan Guru Bajang

Al-Maghfurlah Maulana Syaikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid adalah seorang panutan, yang memegang teguh ajaran Islam bermazhab Syafi’i. Keteguhan dalam memegang ajaran agama diimplementasikan dalam kehidupannya, baik sebagai seorang pemimpin umat maupun sebagai kepala rumah tangga. Bagaimanapun cintanya terhadap seseorang, namun kalau salah menurut agama, unsur-unsur subjektivitasnya-pun tidak akan mampu mengalahkan hukum agama yang melekat dalam dirinya.
Seperti itulah suasana keagamaan yang dikembangkan Maulana Syaikh entah sebagai pemimpin organisasi, warga negara, pemimpin umat, maupun sebagai kepala keluarga. Dari rahim istri-istrinya hanya dikaruniai 2 orang putri, Hj. Rauhun dari rahim istrinya Hj. Johariah dan Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Majid (Ketua Umum PB NW sekarang) terlahir dari wanita keturunan ulama asal Jenggik Lombok Timur, Hj. Rahmatullah. Dari kedua putri tersebut terlahir 12 orang cucu laki dan perempuan. Dan sebagai seorang ulama besar tentu merindukan seorang pengganti yang akan meneruskan perjuangannya membesarkan organisasi. Dari semua cucunya, Zainuddin Atsani, satu-satunya cucu yang diberikan gelar Tuan Guru Bajang oleh Al-Maghfurlah Maulana Syaikh. Bahkan gelar tersebut diberikan sejak Zainuddin bisa berjalan dalam usia 9 bulan. “Ia dipangil Tuan Guru Bajang oleh Tuan Guru ( Maulana Syaikh) sejak baru bisa berjalan, dan usianya baru 9 bulan” tutur Ummi Hj. Rahmatullah istri Maulana Syaikh yang masih hidup. Sejak itulah Zainuddin Atsani dikenal sebagi Tuan Guru Bajang oleh masyarakat. Dan mendapat perlakuan yang cukup positif dari jamaah. Bahkan Maulana Syaikh pernah berbicara dihadapan jamaah pengajian “Mele mek gitak aku ke? Mek gitak wah tuan guru bajang. Iye wah foto kopian-ku” (mau kalian lihat saya? Kalian lihat sudah tuan guru bajang. Dia sudah foto kopian/duplikat saya).
Maulana Syaikh terkenal memiliki tingkat keilmuan yang tinggi, yang tentu tidak mudah mengambil keputusan untuk memberikan gelar pada seseorang. Bukan lantaran Zainuddin Atsani adalah seorang cucu, namun karena Zainudin Atsani memang telah memiliki keunikan tersendiri sejak masih dalam kandungan, buktinya dari 7 cucu laki-laki tidak satupun dari mereka diberi gelar Tuan Guru Bajang kecuali Tuan Guru Bajang Zainuddin Atsani.
Rupanya gelar Tuan Guru Bajang yang diberikan pada cucunya ini merupakan motivasi awal perkawinan antara Maulana Syaikh dengan istrinya Hj. Rahmatullah yang konon satu-satunya istri yang dipilihkan oleh orang tua Maulana Syaikh, TGH. Abdul Majid. Karena Hj. Rahmatullah ini keturunan seorang ulama dengan harapan agar keturunannya nanti bisa melahirkan seorang ulama pula. “Sejak saya berumur 10 tahun orang tua Tuan Guru (TGH. Abdul Majid) sudah membicarakan dengan orang tua saya untuk menikahkan saya dengan tuan guru. Padahal pada saat itu saya tidak pernah berfikir untuk menikah, saya bilang sama TGH. Abdul Majid bahwa saya tidak akan menikah sampai tua” tutur Hj. Rahmatullah.
Baru setelah Hj. Rahmatullah berumur 20 tahun dinikahkan dengan Maulana Syaikh dan setelah 15 tahun usia perkawinan baru dikaruniai seorang putri, Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Majid (ibunda Tuan Guru Bajang KH. Lalu Gede M. Zainuddin Atsani). Pada saat Hj. Sitti Raihanun mengidam anak-anaknya, Hj. Rahmatullah selalu mendapatkan firasat dan pertanda bahwa Hj. Sitti Raihanun akan hamil, “setiap anakku, Hj. Sitti Raihanun hamil selalu dijaga sama ular dan selalu saya bermimpi dan melihat sesuatu” tuturnya. Namun yang aneh, katanya, pada Zainuddin Atsani, dia tidak melihat apa-apa dan tidak dijaga ular seperti cucu-cucunya yang lain. Ternyata pertanda kehamilan itu diketahui oleh Maulana Syaikh. Kala itu Maulana Syaikh memerintahkan Hj. Rahmatullah untuk membuka semua jahitan pakaian Hj. Sitti Raihanun. “Saya disuruh untuk melepaskan semua jahitan pakaian yang biasa dikenakan Hj. Sitti Raihanun untuk disimpan, Raihanun akan hamil tolong lepaskan semua jahitan pakaian yang dikenakannya dan disimpan” tutur Hj. Rahmatullah meniru perkataan suaminya.
Zainuddin Atsani lahir pada tanggal 6 Januari 1981 di Rumah Desa (Gedeng Dese) yang juga tempat lahirnya Maulana Syaikh. Beliau terlahir dari pasangan Drs. H. Lalu Gede Wiresentane – Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid (putri bungsu Maulana Syaikh). Ketika itu, Zainuddin Atsani lahir dalam keadaan bersih tanpa darah. Maulana Syaikh langsung menimangnya sambil memperhatikan seluruh badan cucunya. Hal ini berlangsung selama beberapa hari sebelum diberikan nama. Tidak lama kemudian Hj. Rahmatullah dipanggil Maulana Syaikh, “ni wah penggentikku, iye taok jak turunan aranku, Zainuddin Atsani ye jari aranan” (ini sudah yang akan menggantikan saya, dialah tempatnya akan turun nama saya, Zainuddin Atsani itulah jadi namanya) tutur Hj. Rahmatullah lagi-lagi menirukan perkataan Maulana Syaikh.
Oleh Maulana Syaikh, Hj. Rahmatullah diminta untuk menyampaikan kepada Hj. Sitti Raihanun “Badaq Sitti Raihanun, ni wah penggentikku, Zainuddin Atsani iye arane. Suruk Sitti Raihanun badaq Wiresentane” (Beritahu Sitti Raihanun, ini sudah penggantiku, Zainuddin Atsani itulah jadi namanya. Suruh Sitti Raihanun memberitahu Wiresentane). Setelah Drs. H. Lalu Gede Wiresentane mendapat pesan dari Maulana Syaikh, beliau menjawab “Napi-napi pekayun Maulana Syaikh, tiang terima dengan ikhlas” (Apapun yang disampaikan oleh Maulana Syaikh, saya terima dengan ikhlas). Hal ini menunjukkan ketaatan dan kehormatan Drs. H. Lalu Gede Wiresentane kepada Maulana Syaikh. Akhirnya putra Drs. H. Lalu Gede Wiresentane diberikan nama Muhammad Zainuddin Atsani. Akan tetapi karena Drs. H. Lalu Gede Wiresentane merupakan keturunan bangsawan dari Bonjeruk, maka ditambahkanlah kata “Lalu” dan “Gede”, sehingga menjadi Lalu Gede Muhammad Zainuddin Atsani.
Dalam setiap kesempatan, Maulana Syaikh selalu memanggil Zainuddin Atsani dengan panggilan “Tuan Guru Bajang”, “Zainuddin Atsaniku”, dan “Atsaniku”. Bahkan Maulana Syaikh mempercayakan keturunan Zainuddin Atsani yang akan mewarisi nama Zainuddin selanjutnya. Keturunan Zainuddin Atsani yang laki nantinya akan menjadi Zainuddin Atsalits (Zainuddin ke tiga) dan seterusnya. Nama Tuan Guru Bajang mulai dikenal dikalangan jamaah NW saat dirinya selalu diikutkan pengajian-pengajian pada saat usia balita hingga beranjak remaja. Bahkan Tuan Guru Bajang kerap kali menggantikan kakeknya menghadiri pengajian. Bila sang kakek berhalangan hadir, walaupun masih kecil kerapkali menggantikan niniknya mengadiri pengajian, dia cukup duduk saja dan pengajian diisi oleh Masyaikh Ma’had. “Para jamaah merasa cukup antusias dengan kehadiran Zainudin Atsani yang masih kanak-kanak, yang hanya sekedar duduk menggantikan kakeknya”, kata Ust. Asror yang pernah menghadiri suatu pengajian yang diwakili Zainuddin Atsani.
Hingga menjelang wafatnya Maulana Syaikh, Tuan Guru Bajang banyak mendapatkan wasiat yang bersifat khusus dalam upaya meneruskan perjuangan kakeknya membesarkan organisasi NW untuk umat dan masyarakat.
Pembangunan MAK Pancor
Suatu ketika, disaat persiapan pembangunan MAK (Madrasah Aliyah Keagamaan) di Pancor, H. Muksin Makbul menghadap kepada Maulana Syaikh untuk menyampaikan dana pembangunan MAK di Pancor. Pada saat itu, Maulana Syaikh dalam bahasa Sasak mengatakan “Wah anta laporan tipak tuan guru bajang? Lapor juluk ito, dait berunding kanca tuan guru bajang!” (Sudah anda melaporkan ke tuan guru bajang? Lapor dulu sana, dan berdiskusi dengan tuan guru bajang!).
Peristiwa Kebon Ayu
Pada suatu ketika, Maulana Syaikh akan mengadakan pengajian sekaligus meresmikan sebuah madrasah di desa Kebon Ayu – Gerung – Lombok Barat. Akan tetapi, oleh Bupati Lombok Barat, yang pada saat itu dijabat oleh H. L. Mujitahid, Maulana Syaikh dilarang mengadakan pengajian di desa Kebon Ayu dengan alasan orang-orang Kebon Ayu tidak setuju. Akan terjadi keributan jika sampai Maulana Syaikh mengadakan pengajian. Kebetulan tokoh penentang itu bernama Amaq Ribut. Untuk membahas masalah ini, Pengurus Daerah NW Kabupaten Lombok Barat dipanggil oleh Bupati Lombok Barat. Hadir dalam pertemuan itu antara lain Bupati, Muspida, Dandim, serta Kapolres Lombok Barat. Dihadapan peserta yang hadir, Bupati mengatakan agar Maulana Syaikh jangan sampai pergi ke Kebon Ayu untuk menghadiri pengajian tersebut, dan tidak akan bertanggung jawab terhadap keselamatan Maulana Syaikh jika sampai terjadi apa-apa di Kebon Ayu.
Akan tetapi, pada hari-H, Maulana Syaikh tetap berangkat ke Kebon Ayu. Bersama rombongan, Maulana Syaikh berangkat dari rumah Pajang. Beberapa orang yang turut serta dalam mobil rombongan Maulana Syaikh diantaranya Drs. H. Alidah Nur, H. Sulaeman, H. Yahya, H. Sabir, H. Mustafa dan Tuan Guru Bajang yang duduk dalam pangkuan Maulana Syaikh. Pada saat itu, Tuan Guru Bajang masih sangat kecil.
Dalam perjalanan ke Kebon Ayu, terlihat disepanjang jalan penjagaan sangat ketat. Tentara disebar sepanjang jalan setiap kurang lebih 40 meter. Hal ini dilakukan agar jangan sampai Maulana Syaikh sampai ke Kebon Ayu. Begitu pula dengan orang-orang yang berkendara/berjalan ke arah Kebon Ayu, yang menggunakan peci ataupun pakaian seakan-akan pergi pengajian, pasti akan dicegat oleh aparat yang berjaga. Akan tetapi, berkat kekeramatan Maulana Syaikh dan atas pertolongan Allah SWT, tidak ada satupun aparat dan Muspida (yang berjaga disepanjang jalan) melihat mobil Maulana Syaikh. Sesampainya Maulana Syaikh dilokasi pengajian, jamaah bertangisan karena menyangka Maulana Syaikh tidak akan datang karena situasi yang sedang genting. Dihadapan jamaah pengajian, Maulana Syaikh sambil memangku Tuan Guru Bajang, berulang-ulang kali mengatakan “kacang arane ine, lemak lamun uwah beleq tuan guru bajang sine, mesak-mesakne ngadepin sak ngene-ngene” (kacang namanya ini, besok kalau sudah besar tuan guru bajang ini, sendirian dia akan menghadapi yang seperti ini).
Malam Wafatnya Maulana Syaikh
Pada malam wafatnya Maulana Syaikh (maghrib, malam rabu), duduk dihadapan pembaringan Maulana Syaikh, Drs. H. Lalu Gede Wiresentane, H. Maksum, dan Drs. H. Alidah Nur. Sedangkan Tuan Guru Bajang yang kala itu tengah beranjak remaja, duduk disamping pembaringan Maulana Syaikh hingga larut malam. Tiba-tiba Hj. Rahmatullah (Ninik Tuan Guru Bajang) memanggil Tuan Guru Bajang “Gede wah jauk malem ne, bekelor juluk jauk malem ne” (Gede sudah larut malam ini, makan dulu sudah larut malam ini). Lantas Tuan Guru Bajang menjawab “Nggih, masih ne tiang ngantih juluk, masih ndekne man” (Iya, masih ini saya menunggu dulu, masih belum), tanpa sedikitpun beranjak dari pembaringan Maulana Syaikh.
Menurut penuturan saksi mata yang hadir pada saat itu, posisi duduk Tuan Guru Bajang di samping pembaringan Maulana Syaikh, Tuan Guru Bajang duduk dengan menekukkan kaki kebelakang (seperti posisi tahiyat awal) sembari mendekatkan mukanya berhadap-hadapan dengan muka Maulana Syaikh. Dan beberapa kali kaki Maulana Syaikh terlihat bergerak-gerak.

B. Riwayat Pendidikan

Riwayat pendidikan Raden Tuan Guru Bajang KH. Lalu Gede M. Zainuddin Atsani Lc., M.Pd.I. juga sama dengan riwayat pendidikan Maulana Syaikh sebagai alumnus Madrasah As-Shaulatiyah Makkah Al-Mukarramah pada tahun 2007. Gelar Lc diraih di Universitas Jami’atul Ulum Waa Technologyiah Yaman, Jurusan Syari’ah Islamiyah pada tahun 2007. Pada tahun 2011, beliau berhasil meraih gelar Magister Pendidikan Islam di Universitas Darul Ulum Jombang. Dan saat ini, beliau sedang menempuh pendidikan S3 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

C. Kiprah Raden Tuan Guru Bajang

Sebagai tokoh sentral organisasi dalam mengembangkan organisasi Nahdlatul Wathan, Raden Tuan Guru Bajang KH. Lalu Gede M. Zainuddin Atsani mendapatkan kepercayaan di berbagai posisi penting, antara lain;
  1. Penasehat Ikatan Pelajar Nahdlatul Wathan Kabupaten Lombok Barat tahun 1995,
  2. Ketua Ikatan Pelajar Mahasiswa Nahdlatul Wathan Makkah tahun 2001-2007,
  3. Wakil Ketua Yayasan Al-Masyhur NW Praya tahun 2007 – sekarang,
  4. Pimpinan KBIH NW Mataram tahun 2009 – sekarang,
  5. Wakil Ketua Yayasan Pondok Pesantren Syaikh Zainuddin NW Anjani tahun 1999-2011,
  6. Sekretaris Persatuan Alumni As-Shaulatiyah NW (PAS NW) tahun 2011 – sekarang,
  7. Sekretaris Yayasan Pondok Pesantren Syaikh Zainuddin NW Anjani tahun 2011 – sekarang,
  8. Rektor IAIH NW Lombok Timur tahun 2012 – sekarang,
  9. Ketua Pengurus Wilayah NW NTB periode 2012-2017.
Kehadiran Raden Tuan Guru Bajang KH. Lalu Gede M. Zainuddin Atsani dalam melanjutkan perjuangan Al-Maghfurlah dalam membesarkan organisasi membuat jamaah NW merasa memiliki kekuatan baru. Bagi beliau, organisasi NW merupakan amanah yang harus tetap dijaga dan dikembangkan sesuai dengan khittah yang telah ditetapkan Al-Maghfurlah. “Saya berharap warga NW tetap bersatu merapatkan barisan dibawah ketua umum PB NW, Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Majid, sesuai wasiat ninik. PB itu satu bukan dua atau tiga, itu yang harus kita pegang teguh sebagai warga NW” ingat Tuan Guru Bajang KH. Lalu Gede M. Zainuddin Atsani dalam setiap pengajiannya. ) ) ( Sumber : http://opik.unitiga.com)

DEWAN MUSTASYAR FATWAKAN TGB PIMPIN KEMBALI NTB

TGB Dr. KH.Muh. Zainul Majdi, MA.
NWBersatu. Dewan Musytasyar Pengurus Besar Nahdlatul Wathan merekomendasikan Tuan Guru Bajang Dr.K.H. Muhammad Zainul Majdi, MA. untuk maju dalam pemilihan Gubernur Nusa Tenggara Barat ( NTB) periode 2013-2017. Hal tersebut diungkapkan Ketua Dewan Musytasyar PB NW TGH Hudatullah Muhibuddin Abdul Aziz, MA dalam sambutannya pada acara Pengajian Umum Tahun Baru Islam 1434 H Kamis 15 Nopember lalu di Aula Yayasan Pendidikan Hamzanwadi Pondok Pesantren Darunnahdlatain NW Pancor telah memastikan TGB untuk maju pada Pemilkukada 2013 mendatang menuju NTB 1 berdasarkan Organisasi dan kesepakatan seluruh pengurus Dewan Mustasyar PB NW." berdasarkan keputusan organisasi dan dewan Mustasyar PB NW memastikan TGB maju dalam Pemilukada 2013  mendatang untuk NTB 1, " ungkapnya.
TGH. Hudatullah yang juga Pembantu Rektor II Institut Agama Islam Hamzanwadi ( IAIH) Pancor menjelaskan hijrah boleh dimaknakan dengan mengubah keadaan daerah dari keadaan penuh dengan pejabat birokrasi yang korupsi menjadi pejabat birokrasi yang jujur serta amanah dan hal tersebut sudah dilakukan TGB sejak menjabat menjadi Gubernur NTB dari tahun 2008 sampai dengan diakhir jabatannya pada tahun 2013. Sebab itulah, Dewan Mustasyar PB NW kembali merekomendasikan TGB untuk menuntaskan hal tersebut. " kami mengingat bahwa tugas TGB belum seutuhnya tuntas dalam memberantas korupsi khususnya di NTB ini maka kami memutuskan untuk merekomendasikan kembali untuk maju dalam pemilihan Gubernur NTB mendatang, " jelasnya.TGH Hudatullah yang juga Masyaikh Ma'had Darul Qur'an Wal Hadits ini mengaku TGB menyepakati dan mengikrarkan dirinya kepada Allah SWT untuk maju tersebut pada Kamis 25 Oktober lalu ketika wukuf di Arofah Saudi Arabia mengingat jika seoarng berdo'a di Arofah maka akan mudah dikabulkan  Allah SWT. Kami menyaksikan secara langsung TGB mengikrarkan dirinya kepada Allah SWT untuk siap dan memohon ridha Allah SWT di Arofah untuk dicalonkan sebagai gubernur NTB periode mendatang, "aku TGH Hudatullah. Ia juga menambhkan sebelum TGB menyetujui amanah yang diberikan Dewan Mustasyar PB NW, selama enam bulan diistihkarahkan oleh seluruh Pengurus Dewan Mustasyar dan TGB sendiri. " Tuan Guru bajang kami minta selam enam bulan sebelum TGB menyetujui hal tersebut di Arofah beberapa waktu lalu, "tyambahnya. Ia berharap bagi seluruh pengurus organisasi dari PB NW sampai dengan pengurus ranting dan seluruh jama'ah untuk taat dan patuh terhadap keputusan organisasi dan keputusan Dewan Musytasar. " Seluruh pengurus organisasi dan warga NW wajib taat pada keputusan organisasi serta keputusan dari Dewan Musytasar, 'harapnya. hal tersebut disambut gemuruh takbir dan suasana haru dari ribuan jamah yang menghadiri acara pengajian tahun baru hijriah itu.( MNW)

Rabu, 14 November 2012

NW PASTIKAN H.M.SYAMSUL LUTFI MAJU UNTUK LOTIM 1

Syamsul Lutfi
NWBersatu.Terpenuhi sudah harapan besar warga Nahdlatul Wathan agar kader terbaiknya maju menjadi orang nomor satu di Lombok Timur pada Pemilihan Umum Kepala Daerah ( Pemilukada) 2013 mendatang, kepastian mendukung H.M.Syamsul Lutfi, SE.M.Si. ini diputuskan melalui rapat pengurus organisasi yang berlangsung Senin, 5 November 2012 lalu.
Suasana rapat koordinasi Pengurus daerah nahdlatul Wathan yang diikuti seluruh Pengurus Cabang dan Anak Cabang se-Lombok Timur, serta badan otonom seperti Muslimat NW, Himmah NW, Pemuda, Satgas dan lainnya ini penuh khidmat dan berakhir lega dan gembira. Puas dan senang tampak jelas dari raut wajah peserta rapat.
Rapat yang dipimpin langsung Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Wathan, Ir.Hajjah Siti Rohmi Djalilah, M.Pd. ini memutuskan, organisasi NW mendukung dan siap mensukseskan H.M.Syamsul Lutfi menjadi calon bupati Lombok Timur pada Pemilukada 13 mei 2013 mendatang. namun demikian pada kesempatan tersebut belum diumumkan calon wakil bupati yang akan mendampingi H.syamsul Lutfi yang kini masih menjabat menjadi wakil Bupati Lombok Timur ini. Rapat yang dihadiri oleh seluruh pengurus organisasi ini sebelumnya dilakukan dengar pendapat dan saran dari pengurus organisasi tingkat cabang dan anak cabang dan badan otonom.
Sebelumnya organisasi NW telah memutuskan Paket Sufi jilid II. Keputusan melanjutkan Sufi II ini ternyata banyak mendapat koreksi dan masukan dari jama'ah dan pengurus tyang berhubungan langsung dengan jama'ah di tingkat bawah. Sejumlah Pengurus Cabang dan Anak Cabang telah menyampaikan usulannya melalui konsolidasi organisasi, terkait sejumlah permasalahan yang dilakukan pengurus, salah satunya kebijakan melanjutkan Sufi II. hal ini banyak mendapat penolakan dari jama'ah sehingga banyak yang mengatakan " TGB Yes, Sufi No". Atas permasalahan ini dan sejumlah permasalahan lainnya yang menjadi bagian dari dasar pengambilan keputusan untuk mendukung H.M.Syamsul Lutfi maju menjadi Lotim Satu.
usai rapat, wakil Ketua Pengurus daerah NW Lotim H. Muhasim mengaku kebijakan tersebut adalah untuk kebaikan dan kemajuan organisasi. Ia yakin dengan momentum Pilkada NW akan lebih baik dan harmonis di masa mendatang. " Pilkada ini justru bagian dari upaya memajukan organisasi di masa mendatang" paparnya.
terkait pendamping H. M.Syamsul Lutfi, Muhasim yang pernah menjabat Asisten 1 Sekda Lotim  ini mengaku masih dalam proses pemantapan. " Intinya Pak Wabup sudah pasti maju jadi Lotim Satu dan pendampingnya kita upayakan dari kita juga, sehingga NW akan lebih baik dan harmonis di masa mendatang"tegasnya. ia berharap semua komponen organisasi dan jama'ah lebih bersemangat dan maksimal dalam mensukseskan kebijakan organisasi. ( Zin.media NW)

Senin, 05 November 2012

KABAR DARI SEBERANG

Cerita dari Marzoan Hafidz
Sebagai seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, Hasan (bukan nama sebenarnya), mengajak ibunya untuk menunaikan rukun Islam yang kelima.

Sarah (juga bukan nama sebenarnya), sang Ibu, tentu senang dengan ajakan anaknya itu. Sebagai muslim yang mampu secara materi, mereka memang berkewajiban menunaikan ibadah Haji. Segala perlengkapan sudah disiapkan.

Singkatnya ibu anak-anak ini akhirnya berangkat ke tanah suci. Kondisi keduanya sehat wal afiat, tak kurang satu apapun. Tiba harinya mereka melakukan thawaf dengan hati dan niat ikhlas menyeru panggilan Allah, Tuhan Semesta Alam. “Labaik allahuma labaik, aku datang memenuhi seruanMu ya Allah”

Hasan menggandeng ibunya dan berbisik, “Ummi undzur ila Ka’bah (Bu, lihatlah Ka’bah).” Hasan menunjuk kepada bangunan empat persegi berwarna hitam itu. Ibunya yang berjalan di sisi anaknya tak beraksi, ia terdiam.

Perempuan itu sama sekali tidak melihat apa yang ditunjukkan oleh anaknya. Hasan kembali membisiki ibunya. Ia tampak bingung melihat raut wajah ibunya. Di wajah ibunya tampak kebingungan. Ibunya sendiri tak mengerti mengapa ia tak bisa melihat apapun selain kegelapan.

Beberapakali ia mengusap-usap matanya, tetapi kembali yang tampak hanyalah kegelapan. Padahal, tak ada masalah dengan kesehatan matanya. Beberapa menit yang lalu ia masih melihat segalanya dengan jelas, tapi mengapa memasuki Masjidil Haram segalanya menjadi gelap gulita.

Tujuh kali Haji Anak yang sholeh itu bersimpuh di hadapan Allah. Ia shalat memohon ampunan-Nya. Hati Hasan begitu sedih. Siapapun yang datang ke Baitullah, mengharap rahmatNYA.

Terasa hampa menjadi tamu Allah, tanpa menyaksikan segala kebesaran-Nya, tanpa merasakan kuasa-Nya dan juga rahmat-Nya. Hasan tidak berkecil hati, mungkin dengan ibadah dan taubatnya yang sungguh-sungguh, Ibundanya akan dapat merasakan anugrah-Nya, dengan menatap Ka’bah, kelak.

Anak yang saleh itu berniat akan kembali membawa ibunya berhaji tahun depan. Ternyata nasib baik belum berpihak kepadanya. Tahun berikutnya kejadian serupa terulang lagi. Ibunya kembali dibutakan di dekat Ka’bah, sehingga tak dapat menyaksikan bangunan yang merupakan symbol persatuan umat Islam itu. Wanita itu tidak bisa melihat Ka’bah.

Hasan tidak patah arang. Ia kembali membawa ibunya ke tanah suci tahun berikutnya. Anehnya, ibunya tetap saja tak dapat melihat Ka’bah. Setiap berada di Masjidil Haram, yang tampak di matanya hanyalah gelap dan gelap. Begitulah keganjilan yang terjadi pada diri Sarah.

Kejadian itu berulang sampai tujuh kali menunaikan ibadah haji. Hasan tak habis pikir, ia tak mengerti, apa yang menyebabkan ibunya menjadi buta di depan Ka’bah. Padahal, setiap berada jauh dari Ka’bah, penglihatannya selalu normal.

Ia bertanya-tanya, apakah ibunya punya kesalahan sehingga mendapat azab dari Allah SWT ?. Apa yang telah diperbuat ibunya, sehingga mendapat musibah seperti itu ? Segala pertanyaan berkecamuk dalam dirinya.

Akhirnya diputuskannya untuk mencari seorang alim ulama, yang dapat membantu permasalahannya. Beberapa saat kemudian ia mendengar ada seorang ulama yang terkenal karena kesholehannya dan kebaikannya di Abu Dhabi (Uni Emirat).

Tanpa kesulitan berarti, Hasan dapat bertemu dengan ulama yang dimaksud. Ia pun mengutarakan masalah kepada ulama yang saleh ini. Ulama itu mendengarkan dengan seksama, kemudian meminta agar Ibu dari hasan mau menelponnya. anak yang berbakti ini pun pulang.

Setibanya di tanah kelahirannya, ia meminta ibunya untuk menghubungi ulama di Abu Dhabi tersebut. Beruntung, sang Ibu mau memenuhi permintaan anaknya. Ia pun mau menelpon ulama itu, dan menceritakan kembali peristiwa yang dialaminya di tanah suci.

Ulama itu kemudian meminta Sarah introspeksi, mengingat kembali, mungkin ada perbuatan atau peristiwa yang terjadi padanya di masa lalu, sehingga ia tidak mendapat rahmat Allah. Sarah diminta untuk bersikap terbuka, mengatakan dengan jujur, apa yang telah dilakukannya. “Anda harus berterus terang kepada saya, karena masalah Anda bukan masalah sepele,” kata ulama itu pada Sarah.

Sarah terdiam sejenak. Kemudian ia meminta waktu untuk memikirkannya. Tujuh hari berlalu, akan tetapi ulama itu tidak mendapat kabar dari Sarah. Pada minggu kedua setelah percakapan pertama mereka, akhirnya Sarah menelpon.

“Ustad, waktu masih muda, saya bekerja sebagai perawat di rumah sakit,” cerita Sarah akhirnya.

“Oh, bagus…..Pekerjaan perawat adalah pekerjaan mulia,” potong ulama itu.

“Tapi saya mencari uang sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara, tidak peduli, apakah cara saya itu halal atau haram,” ungkapnya terus terang.

Ulama itu terperangah. Ia tidak menyangka wanita itu akan berkata demikian. “Disana….” sambung Sarah, “Saya sering kali menukar bayi, karena tidak semua ibu senang dengan bayi yang telah dilahirkan. Kalau ada yang menginginkan anak laki-laki, padahal bayi yang dilahirkannya perempuan, dengan imbalan uang, saya tukar bayi-bayi itu sesuai dengan keinginan mereka.”

Ulama tersebut amat terkejut mendengar penjelasan Sarah. “Astagfirullah……” betapa tega wanita itu menyakiti hati para ibu yang diberi amanah Allah untuk melahirkan anak. bayangkan, betapa banyak keluarga yang telah dirusaknya, sehingga tidak jelas nasabnya.

Apakah Sarah tidak tahu, bahwa dalam Islam menjaga nasab atau keturunan sangat penting. Jika seorang bayi ditukar, tentu nasabnya menjadi tidak jelas. Padahal, nasab ini sangat menentukan dalam perkawinan, terutama dalam masalah mahram atau muhrim, yaitu orang-orang yang tidak boleh dinikahi.

“Cuma itu yang saya lakukan,” ucap Sarah. “Cuma itu ? tanya ulama terperangah.

“Tahukah anda bahwa perbuatan Anda itu dosa yang luar biasa, betapa banyak keluarga yang sudah Anda hancurkan !”. ucap ulama dengan nada tinggi.

“Lalu apa lagi yang Anda kerjakan ?” tanya ulama itu lagi sedikit kesal.

“Di rumah sakit, saya juga melakukan tugas memandikan orang mati.”

“Oh bagus, itu juga pekerjaan mulia,” kata ulama. “Ya, tapi saya memandikan orang mati karena ada kerja sama dengan tukang sihir.”

“Maksudnya ?”. tanya ulama tidak mengerti.

“Setiap saya bermaksud menyengsarakan orang, baik membuatnya mati atau sakit, segala perkakas sihir itu sesuai dengan syaratnya, harus dipendam di dalam tanah. Akan tetapi saya tidak menguburnya di dalam tanah, melainkan saya masukkan benda-benda itu ke dalam mulut orang yang mati.”

“Suatu kali, pernah seorang alim meninggal dunia. Seperti biasa, saya memasukkan berbagai barang-barang tenung seperti jarum, benang dan lain-lain ke dalam mulutnya. Entah mengapa benda-benda itu seperti terpental, tidak mau masuk, walaupun saya sudah menekannya dalam-dalam. Benda-benda itu selalu kembali keluar.

Saya coba lagi begitu seterusnya berulang-ulang. Akhirnya, emosi saya memuncak, saya masukkan benda itu dan saya jahit mulutnya. Cuma itu dosa yang saya lakukan.”

Mendengar penuturan Sarah yang datar dan tanpa rasa dosa, ulama itu berteriak marah. “Cuma itu yang kamu lakukan ? Masya Allah….!!! Saya tidak bisa bantu anda. Saya angkat tangan”.

Ulama itu amat sangat terkejutnya mengetahui perbuatan Sarah. Tidak pernah terbayang dalam hidupnya ada seorang manusia, apalagi ia adalah wanita, yang memiliki nurani begitu tega, begitu keji. Tidak pernah terjadi dalam hidupnya, ada wanita yang melakukan perbuatan sekeji itu.

Akhirnya ulama itu berkata, “Anda harus memohon ampun kepada Allah, karena hanya Dialah yang bisa mengampuni dosa Anda.”

Bumi menolaknya ...

Setelah beberapa lama, sekitar tujuh hari kemudian ulama tidak mendengar kabar selanjutnya dari Sarah. Akhirnya ia mencari tahu dengan menghubunginya melalui telepon. Ia berharap Sarah t elah bertobat atas segala yang telah diperbuatnya.

Ia berharap Allah akan mengampuni dosa Sarah, sehingga Rahmat Allah datang kepadanya. Karena tak juga memperoleh kabar, ulama itu menghubungi keluarga Hasan di mesir. Kebetulan yang menerima telepon adalah Hasan sendiri.

Ulama menanyakan kabar Sarah, ternyata kabar duka yang diterima ulama itu. “Ummi sudah meninggal dua hari setelah menelpon ustad,” ujar Hasan. Ulama itu terkejut mendengar kabar tersebut. “Bagaimana ibumu meninggal, Hasan ?”. tanya ulama itu.

Hasanpun akhirnya bercerita : Setelah menelpon sang ulama, dua hari kemudian ibunya jatuh sakit dan meninggal dunia. Yang mengejutkan adalah peristiwa penguburan Sarah. Ketika tanah sudah digali, untuk kemudian dimasukkan jenazah atas ijin Allah, tanah itu rapat kembali, tertutup dan mengeras. Para penggali mencari lokasi lain untuk digali.

Peristiwa itu terulang kembali. Tanah yang sudah digali kembali menyempit dan tertutup rapat. Peristiwa itu berlangsung begitu cepat, sehingga tidak seorangpun pengantar jenazah yang menyadari bahwa tanah itu kembali rapat.

Peristiwa itu terjadi berulang-ulang. Para pengantar yang menyaksikan peristiwa itu merasa ngeri dan merasakan sesuatu yang aneh terjadi. Mereka yakin, kejadian tersebut pastilah berkaitan dengan perbuatan si mayit.

Waktu terus berlalu, para penggali kubur putus asa dan kecapaian karena pekerjaan mereka tak juga usai. Siangpun berlalu, petang menjelang, bahkan sampai hampir maghrib, tidak ada satupun lubang yang berhasil digali. Mereka akhirnya pasrah, dan beranjak pulang. Jenazah itu dibiarkan saja tergeletak di hamparan tanah kering kerontang.

Sebagai anak yang begitu sayang dan hormat kepada ibunya, Hasan tidak tega meninggalkan jenazah orang tuanya ditempat itu tanpa dikubur. Kalaupun dibawa pulang, rasanya tidak mungkin.

Hasan termenung di tanah perkuburan seorang diri. Dengan ijin Allah, tiba-tiba berdiri seorang laki-laki yang berpakaian hitam panjang, seperti pakaian khusus orang Mesir. Lelaki itu tidak tampak wajahnya, karena terhalang tutup kepalanya yang menjorok ke depan.

Laki-laki itu mendekati Hasan kemudian berkata padanya,” Biar aku tangani jenazah ibumu, pulanglah!”. kata orang itu. Hasan lega mendengar bantuan orang tersebut, Ia berharap laki-laki itu akan menunggu jenazah ibunya.

Syukur-syukur mau menggali lubang untuk kemudian mengebumikan ibunya. “Aku minta supaya kau jangan menengok ke belakang, sampai tiba di rumahmu, “pesan lelaki itu.

Hasan mengangguk, kemudian ia meninggalkan pemakaman. Belum sempat ia di luar lokasi pemakaman, terbersit keinginannya untuk mengetahui apa yang terjadi dengan kenazah ibunya. Sedetik kemudian ia menengok ke belakang.

Betapa pucat wajah Hasan, melihat jenazah ibunya sudah dililit api, kemudian api itu menyelimuti seluruh tubuh ibunya. Belum habis rasa herannya, sedetik kemudian dari arah yang berlawanan, api menerpa wajah Hasan. Hasan ketakutan.

Dengan langka h seribu, ia pun bergegas meninggalkan tempat itu. Demikian yang diceritakan Hasan kepada ulama itu. Hasan juga mengaku, bahwa separuh wajahnya yang tertampar api itu kini berbekas kehitaman karena terbakar.

Ulama itu mendengarkan dengan seksama semua cerita yang diungkapkan Hasan. Ia menyarankan, agar Hasan segera beribadah dengan khusyuk dan meminta ampun atas segala perbuatan atau dosa-dosa yang pernah dilakukan oleh ibunya. Akan tetapi, ulama itu tidak menceritakan kepada Hasan, apa yang telah diceritakan oleh ibunya kepada ulama itu.

Ulama itu meyakinkan Hasan, bahwa apabila anak yang soleh itu memohon ampun dengan sungguh-sungguh, maka bekas luka di pipinya dengan ijin Allah akan hilang. Benar saja, tak berapa lama kemudian Hasan kembali mengabari ulama itu, bahwa lukanya yang dulu amat terasa sakit dan panas luar biasa, semakin hari bekas kehitaman hilang.

Tanpa tahu apa yang telah dilakukan ibunya selama hidup, Hasan tetap mendoakan ibunya. Ia berharap, apapun perbuatan dosa yang telah dilakukan oleh ibunya, akan diampuni oleh Allah SWT.

Wallahu’alam bishshawab, ..
NWBersatu.

Jumat, 26 Oktober 2012

Salah Satu Taradisi Warga NW



Jama'ah sedang Berdzikir
Makam Maulana Syaikh TGKH. M. Zainuddin Abd.Madjid
NWBersatu.Salah satu tradisi warga Nahdlatul Wathan adalah melakukan safa'ah atau do'a bersama untuk para pendahulunya yang telah meninggal dunia. Sebagaimana kewajiban seorang muslim adalah mendo'akan saudara-saudaranya apabila telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Tradisi hasanah ini seringkali dilakukan oleh jama'ah NW tidak saja di Pancor ataupun di Anjani, akan tetapi di tempat-tempat dimana jamaah tersebut berada. Dan yang paling menyentuh kita adalah bagaimana para Masyaikhul Ma'had mengajak para jama'ah setelah Shalat Idul Adha maupun Idul Fitri berbalik untuk duduk bersila menghadap makam Maulana Syaikh, mengucapkan salam dan mengucapkan kalimat-kalimat tayyibah seolah-olah berdialog dengan beliau lalu berdzikir berdo'a bersama untuk beliau. Kita ingat sabda Rasulullah SAW;

استغفِروا لأخيكم واسألوا له التثبيتَ فإنه الآن يُسْأَل
Di Belakang Perpustakaan Birrul Walidain Samping Makam
Mohonkanlah ampun untuk saudara kalian dan mintalah kekuatan untuknya karena sesungguhnya dia sekarang sedang ditanya.” (HR. Abu Dawud, dari ‘Utsman bin Affan, dan dishahihkan Al-Albani)




استغفِروا لأخيكم واسألوا له التثبيتَ فإنه الآن يُسْأَل
Mohonkanlah ampun untuk saudara kalian dan mintalah kekuatan untuknya karena sesungguhnya dia sekarang sedang ditanya.” (HR. Abu Dawud, dari ‘Utsman bin Affan, dan dishahihkan Al-Albani)

Read more about FIKIH by www.konsultasisyariah.com

Selasa, 15 Mei 2012

NW Pancor, Dari PBB ke Demokrat

Gubernur NTB ( Ketua DPW Demokrat NTB ) bersama Anas U.
NWBersatu. Bertempat di Lapangan Nasional Selong Lombok Timur berlangsung pelantikan pengurus Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat se-NTB.

Pada hari ini, 13/05 sebagai rangkaian pelantikan dimulai dengan jalan sehat yang dilepas langsung ketua DPD NTB DR. TGH. M. Zainul Majdi, MA didepan gedung Birrul Walidain Pancor dengan ribuan peserta dan akan memperebutkan door prize bernilai 50 juta rupiah.

Berangkat dari Pancor di jalan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid ke barat, di depan Masjid Besar Pancor belok kiri sampai di perempatan pejangkik belok kiri ke depan kantor Pos Selong, di depan PLN belok kanan sampai di Lapangan Nasional.

Halilurrahman selaku ketua panitia menyebutkan beberapa acara sebagai rangkaian kegiatan ini adalah donor darah, pemberian santunan kepada anak yatim piatu dan jalan sehat Partai Demokrat.

Pada kesempatan tersebut dilantik 10 DPC se-NTB oleh DPP partai demokrat, Anas urbaningrum yang terdiri dari :
1. DPC Kabupaten Dompu
2. DPC Kabupaten Lombok Barat
3. DPC Kabupaten Sumbawa Barat
4. DPC Kabupaten Lombok Tengah
5. DPC Kabupaten Lombok Utara
6. DPC Kabupaten Lombok Timur
7. DPC Kabupaten Sumbawa
8. DPC Kabupaten Bima
9. DPC Kota Bima
10. DPC Kota Mataram

Pada sambutannya Anas mengatakan, " kekompakan sangat diperlukan untuk kemajuan dan keberhasilan kita, jangan berikan tempat di NTB ini kosong dengan birunya partai demokrat, kita hijaukan langit NTB dengan partai demokrat, partai yang santun dan religius" katanya.

Sementara itu ketua DPD NTB DR. TGH.M. Zainul Majdi, MA mengatakan, " semakin besar cobaan seseorang, semakin tinggi derajat orang itu, tergantung orang yang diberikan cobaan". Sebagai kader partai haruslah siap menghadapi cobaan demi cobaan, katanya. (MA)





Daftar Blog Saya

The Best

iklan

Related Websites